Senyum Kedua Putriku, Meski Ibunya Meninggal dan Ayahnya Merantau

BebasBayar – Saya yakin, semua orangtua pasti akan berjuang untuk kebahagiaan keluarganya. Kenalkan, nama saya Hari. Ayah dari dua putri cantik yang ditinggal Ibunya menghadap sang Ilahi.

Sudah 6 tahun lamanya saya harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk kedua putri saya. Putri saya yang pertama namanya Ria. Dia masih duduk di bangku SMP. Sedang putri saya yang kedua namanya Ainun, ia baru duduk di kelas 5 SD.

6 tahun setelah ibunya meninggal karena kanker, saya harus kembali merantau ke Ibukota untuk menafkahi keluarga kecil saya. Membanting tulang, bekerja apa saja, demi mengembalikan senyum kedua putri tercinta.

Sejujurnya, berat untuk menjalani ini semua. Menjadi orangtua seorang diri dengan kedua putri yang masih sangat butuh perhatian Ibunya. Saya hanya bisa berusaha dan berdoa yang terbaik untuk keluarga kecil saya, selebihnya biarlah Tuhan yang melanjutkannya.

Tapi ya sudahlah, mungkin inilah jalan terbaik yang harus saya tempuh kala itu. Meski akibatnya saya harus menitipkan kedua putri saya pada eyangnya dan merelakan golden age mereka berdua.

Di Jakarta saya hanya bisa menjenguk kedua putri saya kurang lebih 5 kali dalam setahun, bahkan kadang hanya 3 kali. Selain jarak tempuh yang sangat jauh dan lokasi rumah saya berada di lereng gunung, waktu libur saya juga sangat terbatas.

Sedih, itu pasti. Terbentang jarak yang jauh antara ayah dan anaknya di kala anaknya butuh pendidikan intens dari kedua orangtuanya tuk membentuk karakter dan akhlaknya.

Namun apa mau dikata, walau keadaan seperti ini, saya sebagai ayah tetap harus mensupport tumbuh kembang kedua putri saya.

Di awal perantauan saya mengalami masa yang cukup sulit. Kondisi pekerjaan belum stabil. Penghasilan masih pas-pasan, dan saya kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga di rumah.

Yang lebih berat lagi adalah di saat kedua putri saya mengalami keterlambatan dalam hal pembayaran. Sampai-sampai mertua saya menyampaikan agar kedua putri saya tinggal di rumahnya.

Sebagai seorang ayah, tentu ini kondisi yang tak diinginkan. Namun mau bagaimana lagi, aku hanya bisa menyampaikan kata sabar, sabar dan sabar pada kedua putri saya. Saya juga meyakinkan bahwa ayahnya akan berjuang lebih keras lagi demi kebahagiaan kedua putrinya.

Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu kondisi mulai membaik. Jalan yang dulunya gelap gulita kini mulai diterangi cahaya. Perlahan tapi pasti saya mulia bisa mencukupi kebutuhan keluarga di rumah. Baik untuk pendidikan anak saya, kebutuhan rutin keluarga, hingga yang lain.

Saya juga sangat bersyukur memiliki kedua putri yang baik dan berprestasi. Keduanya rajin belajar dan kerap memperoleh peringkat terbaik di kelasnya. Beberapa kali Ria, kakaknya Ainun, juga meraih juara di ajang festival matemarika yang diadakan dinas pendidikan Kabupaten lomba. Sekali lagi,  saya sangat bersyukur.

Itu semua berkat titik balik yang tak pernah saya lupakan. Sebuah perubahan yang mampu mengembalikan senyum keluarga kecil saya. Perubahan yang mampu menjaga tumbuh kembang kedua putri saya.

Alhamdulillah. Sekarang biaya pendidikan anak saya terpenuhi tepat waktu, meski di awal sering telat. Kebutuhan belajar kedua putri saya juga terpenuhi, mulai dari buku pelajaran hingga kursus. Pun untuk kebutuhan rutin keluarga di rumah, termasuk eyangnya, juga terpenuhi dengan baik dan tepat waktu.

Saya patut bersyukur di titik perubahan itu. Andai kala itu saya putus asa, mungkin kehidupan keluarga saya di rumah tak sebaik ini. Dan andai saya tak menjumpai titik perubahan itu, mungkin sampai hari ini kebahagiaan itu belum mampu tercapai.

Apa titik perubahan itu? Adalah BebasBayar.

Mulanya saya bercerita pada teman tentang kondisi di rumah. Kebutuhan keluarga kerap mengalami keterlambatan. Bahkan pernah juga di saat anak saya mengerjakan PR, tiba-tiba listrik di rumah mati. Alhasil, karena waktu sudah malam, PR pun tidak tuntas dikerjakan, dan anak saya menerima teguran dari gurunya.

Dia bertanya, sejauh ini siapa yang mengatur keperluan di rumah? Saya jawab, eyangnya dan saya hanya mengirimkan uang bulanan. Mendengar hal itu, teman saya hanya sedikit melempar senyum dan berkata, “Ini bro, namanya BebasBayar.”

Apa itu BebasBayar? Begitu tanya saya pada dia. Kemudian dia menjelaskan sekilas manfaat BebasBayar dan menceritakan bagaimana pengalaman dia menggunakan BebasBayar. Dia menyampaikan, dengan BebasBayar, sesibuk apapun kita, semua kebutuhan keluarga di rumah tetap bisa terkontrol dan terpenuhi dengan baik.

Alhasil, tanpa berpikir panjang, saya pun menggunakan aplikasi BebasBayar. Subhanallah, berkat BebasBayar titik perubahan itu saya mulai,

  • Dulu rumah sering mati lampu dadakan oleh karena telat beli pulsa listrik. Kini kebutuhan listrik bisa saya kontrol dari jarak jauh.
  • Dulu saya kerap kesulitan menghubungi putri saya oleh karena paket datanya habis dan belum sempat bilang ke ayahnya. Kini sebelum data internetnya habis, saya sudah bisa mengisinya terlebih dulu.
  • Pun dengan tagihan bulanan lainnya, baik itu BPJS, PDAM, PLN, hingga kebutuhan transportasi keluarga, semua bisa saya penuhi dengan baik melalui BebasBayar.

Sejak menggunakan BebasBayar tak ada lagi keluhan dari keluarga. Semua terpenuhi dengan baik dan efektif meski ayahnya terpisah jauh darinya.

Pernah juga, tahun kedua di Ibukota, kedua putri saya ingin menjenguk ayahnya di Ibukota. Katanya mereka kangen. Baiklah, saya mengizinkan keduanya ke Jakarta, tapi harus didampingi eyangnya.

Untuk memastikan keberangkatan mereka lancar dan selamat, hingga kebutuhan menginap terpenuhi dengan baik, lagi-lagi saya sangat tertolong dengan BebasBayar.

BebasBayar menyelamatkan saya dari kehabisan tiket. BebasBayar pula yang menyelamatkan saya dari keterlambatan pemesanan tempat menginap untuk keluarga. Dan semua saya selesaikan hanya dengan satu aplikasi.

Saya bersyukur sekali dikenalkan dengan BebasBayar. Berkat aplikasi BebasBayar semua kebutuhan pribadi saya, kedua putri saya, dan keluarga di rumah bisa terpenuhi dengan baik. Dan kini senyum kedua putriku mulai terpancar lagi, yang dulunya pernah redup karena ibunya meninggal.

Terima kasih Tuhan, terima kasih teman, dan terima kasih BebasBayar.

About Author

Leave a Reply